Jumat, 29 Juli 2011

Keindahan Alam Nagari Serambi Mekah (Aceh Tamiang)

Aceh Tamiang, sebuah kabupaten di Nanggroe Aceh Darussalam yang tergolong baru di Indonesia.
Kabupaten ini pisah dari Aceh Timur pada tahun 2002. Aceh Tamiang merupakan kawasan kaya minyak dan gas, meski jumlahnya tidak sebesar Aceh Utara, dan kawasan ini juga merupakan salah satu sentra perkebunan kelapa sawit di NAD. Kabupaten ini berada di jalur timur Sumatera yang strategis dan hanya berjarak lebih kurang 250 km dari Kota Medan, Sumatera Utara sehingga akses serta harga barang di kawasan ini relatif lebih murah daripada daerah Aceh lainnya. Disamping itu, kawasan ini relatif lebih aman semasa GAM berjaya dahulu. Ketika seruan mogok oleh GAM diberlakukan di seluruh Aceh, hanya kawasan ini khususnya Kota Kuala Simpang yang aktivitas ekonominya tetap berjalan (http://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Aceh_Tamiang).
Selain dengan segala macam yang di sebut oleh Wikipedia di atas, Aceh Tamiang juga memiliki keindahan alam yang luar biasa. Di bawah ini merupakan foto beberapa objek pariwisata di Aceh Tamiang, yang diambil saat aku sedang melakukan survey titik koordinat sekolah-sekolah di Aceh Tamiang.
Sayangnya objek-objek wisata ini sepertinya kurang mendapat perhatian yang baik dari Pemerintah Kabupaten setempat. Sehingga objek wisata ini sangat sepi pengunjung. Memang, secara geografis, objek-objek wisata tersebut agak sulit dicapai. Jauh dari pusat kota; rata-rata membutuhkan waktu lebih dari 2 jam untuk sampai ke sana. Hal ini ditambah lagi dengan kondisi jalan yang sangat memprihatinkan. Jika hujan turun, maka orang yang datang ke tempat wisata tersebut akan sulit untuk pulang. Di Sangkapane (salah satu nama objek wisata di sana), mobil Panther pick-up yang membawa kami ke sana, harus ditinggalkan di tengah jalan, karena mobil tersebut tidak bisa meneruskan perjalanan yang disebabkan kondisi jalan yang sangat buruk. Sepertinya satu atau dua hari yang lalu, hujan mengguyur daerah ini tapi efeknya terhadap kondisi jalan masih kami rasakan. Akhirnya kami meneruskan perjalanan dengan jalan kaki selama kurang lebih 3 km. Untuk penduduk setempat mungkin jalan 3 km itu sudah biasa. Tapi bagiku yang berat badannya 105 kg, itu sangatlah melelahkan…. :(
Aku harapkan Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang lebih perduli terhadap objek wisata di negeri sendiri. Sayang rasanya jika orang Kualasimpang ditanya, “Eh, rencananya kita mau jalan-jalan kemana?”. Dan dijawab dengan, “Ke Brastagi aja…, atau ke Sembahe (Sumatera Utara)”. Untuk menikmati keindahan alam kita harus pergi ke daerah orang lain, padahal di daerah sendiri ada tempat-tempat wisata sama bagusnya atau bahkan lebih bagus dari di luar. Minimal menurutku, jalan menuju ke sana tolong di perbaiki. Jika objek wisatanya sudah terkenal, maka pendapatan daerah tentu saja juga akan meningkat. Benar ‘kan?
Ku harap foto-foto yang ku ambil tersebut bisa menggugah hati kita semua…
Baleng Karang
Baleng Karang, salah satu daerah paling ujung di Tanah Tamiang, "terpleset dikit" nyampe ke Kab. Gayo Luwes
Pintu Kuari
Pintu Kuari, Kec. Simpang Kiri
Kaloy
Kaloy, Kecamatan Tamiang Hulu
Wisata 4 Goa
Wisata 4 Goa, Kecamatan Simpang Kiri
Rumah Kapal
Rumah Kapal, Lubuk Punti, Kecamatan Manyak Payed
Sangkapane
Sangkapane, Kecamatan Bandar Pusaka
Sangkapane
Sangkapane, Kecamatan Bandar Pusaka (sudut pandang yang berbeda)
Sangkapane
Sangkapane, Kecamatan Bandar Pusaka (sudut pandang yang berbeda)
Perjalanan menuju sangkapane
Perjalanan menuju Sangkapane, 3 Km lagi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar